Oct 7, 2012

AGAR AMAL KITA DITERIMA OLEH ALLAH SWT


"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang LEBIH BAIK AMALNYA. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(QS Al-Mulk : 1 – 2)

Allah swt. menciptakan manusia untuk hidup di dunia ini bukanlah dengan sia-sia, melainkan ada tujuannya. Salah satu tujuannya adalah untuk menguji manusia dimana nilai ujian manusia ditentukan oleh perbuatan  (amal) yang dilakukannya di dunia. Sedangkan nilai amal bukanlah ditentukan oleh banyak atau besarnya perbuatan yang kita lakukan, melainkan dinilai dari ihsan (baik) tidaknya amal perbuatan tersebut.

Bagaiman kriteria amal yang ihsan (baik) itu?
Amal itu akan menjadi amal yang baik atau amal shalih (berkualitas hasan) jika dan hanya jika dilakukan dengan ikhlas kepada Allah swt. dan benar (shawab) yaitu bersumber kepada sunnah Rasulullah saw.. Dengan kata lain, amal yang ‘ihsan’ adalah apabila memenuhi dua persyaratan, yaitu perbuatan itu diniatkan secara murni kepada Allah dan dikerjakan sesuai dengan hukum syara’.
Al-Fudlail bin ‘Iyadl rahimahullah dalam menjelaskan firman Allah swt. pada QS. Al Mulk di atas, mengatakan, “Yang terbaik amalnya adalah yang terikhlas dan terbenar amalnya.” Ketika ditanya : ‘Wahai Abu Ali apa yang terikhlas dan terbenar?” Dia menjawab,  “Sesungguhnya amal yang benar tetapi tidak dilakukan dengan ikhlas tidak akan diterima. Dan jika dilakukan dengan ikhlas tetapi dengan cara yang tidak benar tidak akan diterima. Amal itu hanya bisa diterima kalau ikhlas lagi benar. Ikhlas hanya bisa terwujud jika amal itu dilakukan hanya karena Allah. Dan amal yang benar hanya bisa dicapai dengan mengikuti sunnah Nabi SAW.”
Dari sini bisa ditarik garis besar bahwa amal yang ihsan itu harus memenuhi dua kriteria, yaitu:

1.   Ikhlas kepada Allah swt.
Imam Abi Al-Qasimy Al-Qusyairiy mengatakan, “Ikhlas adalah menjadikan tujuan taat satu-satunya hanyalah kepada Allah swt., Yang Maha Benar.” Oleh karenanya, seorang mukmin yang beramal karena ikhlas kepada Allah akan menjadikan setiap aktivitasnya sebagai jalan untuk meraih keridha’an Allah semata. Dengan keikhlasan ini, setiap amal ketaatan yang dilakukan olehnya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan yang lain, seperti: mengharapkan materi atau hal-hal yang bersifat keduniawian, mengharapkan pujian orang lain, atau makna lain selain taqarrub kepada Allah Ta’ala.”
Muara ikhlas adalah niat, karena setiap perbuatan itu tergantung kepada niatnya dan bagi setiap orang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya. Dengan demikian agar amal kita diterima disisi Allah, kita harus berusaha untuk memurnikan niatan kita dalam beramal, semata-mata untuk meraih ridha’nya, bukan yang lain.
Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menerima suatu amal kecuali dengan ikhlas dan dengannya mengharap wajah-Nya” (HR. Nasa’i). Beliau saw. juga bersabda: “Barang siapa yang belajar ilmu untuk membantah ‘ulama’, membodohi orang awam dan untuk memalingkan pujian manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka” (HR Ibnu Majah).

2. Benar (shawab), sesuai tuntunan Rasulullah saw.
Suatu perbuatan dikatakan benar bila sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Imam Malik berkata, “Sunnah itu bagaikan perahu nabi Nuh ‘alaihissalaam. Siapa yang menaikinya, ia akan selamat. Sedang yang tidak naik niscaya akan tenggelam.” Imam Sa’id bin Jubair berkata, “ Suatu ucapan  bisa diterima bila disertai perbuatan. Ucapan dan perbuatan bisa diterima bila disertai niat. Dan setiap ucapan, perbuatan dan niat tidak akan diterima kecuali bila sesuai dengan sunnah. “
Dengan demikian, amal yang benar adalah yang dituntunkan Nabi, bukan yang mengada-ada tanpa ada dasarnya. Rasulullah saw. bersabda: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya” (QS. Al Hasyr : 7).

Khatimah
Dalam kondisi apapun seorang muslim hendaklah beramal untuk memenuhi hakikat penciptaannya yaitu sebagai hamba yang mengabdi kepada Allah. Sebagaimana firman Allah, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”(QS. Adz Dzaariyat: 56). Ibadah kepada Allah dapat diwujudkan dalam bentuk aktivitas amal shalih kita berupa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.  Allah swt. berfirman: “Beramallah kamu semua.  Maka Allah dan rasul-Nya serta kaum mukminin akan melihat amalmu”. (QS At-Taubah 105).
Nyatalah di sini bahwa aktivitas manusia merupakan keharusan syar’i. Kalau Allah telah memerintahkan untuk beramal, tentu Allah telah menggariskan batasan-batasan amal yang dikehendaki dan amal mana yang tidak dikehendaki. Nilai amal bukan ditentukan oleh banyak atau besarnya amal yang kita lakukan, tetapi dilihat ihsan tidaknya amal perbuatan itu. Amal yang ihsan adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas kepada Allah swt. dan benar (shawab) sesuai sunnah Rasulullah saw.
Dengan demikian, kita hendaknya senantiasa meng-ihsan-kan amal kita, agar amal kita bernilai di sisi Allah. Apalagi ketika kita menyadari bahwa apapun yang kita lakukan, bahkan bisik hati kita sekalipun, Allah pasti tahu, maka tak ada alasan lain kecuali beramal dengan amal yang ihsan, amal shalih! Semoga amal ketaatan kita sebagai hamba Allah, diterima di sisi-Nya. Amiin… 

Dari Amirul Mukminin, Umar bin Khathab ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada niatnya dan tiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan pahala hijrah karena Allah dan Rasulullah. Barang siapa yang hijrahnya karena faktor duniawi yang akan ia dapatkan atau karena wanita yang akan ia nikahi, maka ia dalam hijrahnya itu ia hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari-Muslim)
Wallahu’Alam bish-Showab.

0 comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...