Keikhlasan kita dalam beramal salah satunya akan diuji oleh Allah lewat perjalanan waktu. Sepanjang hidup kita adalah ujian dari Allah, baik ujian yang berupa kesenangan/kemudahan ataupun kesusahan/kesulitan. Begitu juga dalam hal ini adalah ketegaran kita untuk menegakkan kalimat Allah SWT di muka bumi amat sangat diuji.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al ‘Ankabuut 29 : 2-3)
Perjuangan untuk mengembalikan ummat pada kejayaannya dengan tertegaknya sistem Islam yang menjamin kesejahteraan ummat adalah sebuah perjalanan yang hanya Allah yang tahu ujungnya. Jalan ini bukanlah jalan pendek yang mudah ditempuh. Jalan ini adalah jalan yang kesulitannya sudah di depan mata. Akan tetapi, jalan ini bukan berarti pula jalan yang tidak bisa dilalui, tapi justru jalan yang seharusnya dijadikan sebagai pilihan dalam hidup! Hal ini sebagaimana Rasulullah SAW, para sahabat, dan orang-orang yang meneruskan risalah dakwah beliau menempuh jalan yang sama, yaitu jalan yang telah dipilihkan oleh Allah berupa jalan yang di dalamnya diserukan perintah dan larangan Allah. Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan Allah SWT yang bisa tegar menempuh jalan itu, the real way, the way of Allah!
Ada masa dalam episode kehidupan kita, dimana kita akan dihadapkan pada kondisi yang berbeda dari kebiasaan yang selama ini kita hadapi. Jika selama ini kita beramal karena kebiasaan, mungkin akan terasa sekali perbedaan itu, atau bahkan perbedaan yang ada akan merubah apa yang telah kita jalani, termasuk juga kebiasaan baik yang telah menjadi bagian dari hidup kita. Untuk itu yang butuh dipertanyakan kembali, apa yang mendorong kita dalam beramal sejauh ini. Apakah karena motivasi materi, emosional, atau ruhiyah (lillahi ta’ala – karena mengharapkan keridha’an Allah)?
Jika amal kita karena Allah, insya’Allah perubahan apapun yang dihadapi dalam hidup tidak menjadi penghalang untuk senantiasa beramal sebagaimana aturan-aturan Allah. Karena Allah akan senantiasa ada dan menjadi saksi, tidak pernah sedikitpun meninggalkan kita ketika kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun hanya Allah yang dicari ridhanya dalam setiap amal yang kita lakukan. Namun, jika amal kita selain dari untuk meraih keridha’an Allah, bisa saja perubahan-peruban yang terjadi dalam hidup, bisa merubah orientasi berfikir kita dan bahkan merubah totalitas kebisaan yang selama ini kita jalani.
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.” (QS. Ali Imran 3 : 179)
Untuk itu beramallah bukan karena kebisaan, tapi membiasakan apa yang memang sesuai dengan aturan Allah, untuk dijalani dan dilakukan semata-mata untuk mengharapkan keridha’an-Nya. Hal ini yang insya’Allah akan menjaga keberlangsungan amal yang kita lakukan. Lebih lanjut, kuatkan keimanan, pertajam pemahaman akan aqidah dan syari’at Islam, tetapkan tujuan dalam hidup dan tetap jadikan Allah sebagai muara dalam setiap aktivitas yang dilakukan adalah hal-hal yang harus dipegang erat oleh seorang mukmin dalam hidupnya.
Kondisi apapun yang ada dihadapan kita saat ini bukan menjadi alasan bagi kita untuk berlepas dari hukum-hukum Allah yang harus kita ambil. Tetapi jadikan semua itu sebagai langkah kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, memohon petunjuk-Nya agar diberi kemampuan untuk tetap istiqomah di jalan-Nya. Bagi orang yang meyakini bahwa aturan Allah itulah yang terbaik, dimanapun, kapanpun, dengan siapapun kita berada, mengambil apa yang benar di sisi Allah akan selalu menjadi pilihan yang terbaik dalam hidup ini.
Seperti Umar bin Khaththab yang berkata, “Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada satu mujahid berjuang di medan juang, itulah aku!” Subhanallah!
Seperti Rasulullah SAW yang di siang malamnya dia gunakan untuk mengabdikan hidup beliau menjalankan apa yang diwahyukan Allah kepadanya. Tak henti-hentinya ujian datang dalam hidupnya, termasuk juga dalam memperjuangkan dakwah Islam. Beliau yang sudah dijanjikan syurga oleh Allah, tak sedikitpun mengganggap itu suatu pembebasan bagi dirinya untuk lepas dari penjalanan perintah-perintah Allah. Subhanallah.... bagaimana dengan kita yang belum ada jaminan bagaimana hidup kita di akhirat kelak?
Dengan jaminan yang diberikan oleh Allah, rasa syukur Rasulullah justru semakin bertambah, dan ketegarannya dalam mengahadapi beratnya ujian hidup semakin tampak dikala dakwah beliau menghadapi berbagai tantangan dari kaum kafir dan penentang agama Allah. Dengan keikhlasan beliau dalam beramal karena Allah dan keyakinan akan kebenaran risalah yang dibawanya, wahyu Allah yang berupa Al Qur'an, beliau mampu melewati panjangnya jalan kehidupan yang harus beliau tempuh, hingga dakwah Islam dimenangkan oleh Allah. Saat itulah perubahan drastis pada kondisi umat terjadi, dari kondisi jahiliah menuju kemuliaan. kesejahteraan hidup terjamin dengan diterapkannya aturan Islam secara menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan. Begitu juga dakwah Islam tersebar luas tidak hanya di jazirah Arab tapi juga diseluruh penjuru dunia sebagaimana Islam yang telah sampai kepada kita.
Saudaraku, Alhamdulillah…. Segala puji bagi Allah ketika kita telah memilih untuk menjadi bagian dari orang-orang yang mengikuti seruan Rasulullah SAW untuk menempuh jalan kebenaran yang telah ditunjukkan oleh Allah SWT. Namun, perlu kita sadari bahwa tidaklah cukup dengan hanya berdiam diri mempertahankan apa yang telah didapatkan. Perubahan dalam hidup adalah suatu kepastian. Kita akan dirubah oleh kehidupan atau kita yang akan memberikan perubahan bagi kehidupan agar berjalan sebagaimana yang telah Allah gariskan. Ketika kita tidak mengupayakan perubahan yang lebih baik dalam hidup, baik untuk diri sendiri maupun kemaslahatan ummat, maka yang ada adalah kita menjadi bagian dari orang-orang yang menjalani kehidupan secara linier, stagnan atau bahkan mengalami kemunduran.
Untuk itu, jangan hanya berdiam di satu titik kehidupan adalah suatu modal untuk melakukan perubahan! Potensikan apa yang telah dikaruniakan Allah SWT untuk berfikir dan beramal pada perubahan yang lebih baik dan lebih baik lagi di mata Allah. Upaya kita untuk melakukan perubahan yang lebih baik di mata Allah masih terbuka di hadapan kita selama kesempatan hidup ini masih diberikan oleh Allah, yaitu sebelum ajal menjemput.
Sadari bahwa tidak ada yang menjamin eksistensi keimanan dalam diri kita. Ujian dengan berbagai bentuknya akan senantiasa diberikan Allah SWT untuk menjadikan kita sebagai hambanya yang benar-benar mengiklaskan diri beramal karena-Nya dan menjadikan apa yang dibawa oleh Rasulullah sebagai standar dari setiap aktivitas yang dilakukan. Cukuplah Allah sebagai saksi dalam setiap amal yang kita lakukan dan hanya Dia yang kita cari ridha’nya. Semoga keimanan yang bersemayam dalam diri kita senantiasa mengakar kuat hingga akhir menutup mata. Amiin…
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al Kahfi 18: 28)
Wallahu’alam bishshowab.
~ Untukku dan saudaraku ~
0 comments:
Post a Comment